Dilansir dari Visual Capitalist, harga secangkir kopi biasanya hanya ditilik dari biji kopi, padahal ada banyak biaya lain yang berperan. Proses dari hulu ke hilir, nyatanya menambah beban biaya yang dalam cakupan masif dapat mencapai USS 200 miliar. Peran rantai pasok kopi justru menambah biaya yang jarang diperhitungkan oleh para pebisnis.
Penentuan Harga Secangkir Kopi
Mengukur dan merata-ratakan industri kopi secara global tentunya bukan perkara mudah. Harga kopi tercatat fluktuatif dari tahun ke tahun. Setiap negara juga memiliki perbedaan dari ketersedian bahan baku, kondimen, sewa tempat, harga pasar, dll sehingga memengaruhi harga secangkir kopi.
Hal ini menyebabkan harga kopi di setiap negara dengan satu ukuran yang sama bisa berbeda-beda. Harga secangkir kopi ukuran 16 oz di Amerika bisa berbeda dengan yang ada di Inggris, Jepang, bahkan Indonesia. Akses perusahaan ke grosir biji kopi juga bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan harga secangkir kopi. Untuk mengatasi perbedaan tersebut, data dalam artikel ini akan menggunakan tolak ukur dan laporan harga dari Asosiasi Kopi Spesialti.
Secara global, harga secangkir kopi mencapai USS 2.79. Meskipun setiap toko dan negara memiliki patokan yang berbeda-beda namun harga ini memberikan gambaran dasar untuk melacak dan menetapkan dasar untuk biaya akhir secangkir kopi.
Proses di Hilir
Ada dua tipe utama kopi yaitu Arabika dan Robusta yang tumbuh di negara-negara subequatorial. Kopi pertama kali tumbuh di Ethiopia tepatnya di Yemen, sebelum akhirnya dibawa ke bagian dunia lain melalui kolonialisme Eropa.
Di masa kini, Brazil menjadi negara dengan produksi dan eskpor kopi tertinggi di dunia.
Negara | Produksi kopi (60kg per karung) | Share Kopi secara Global |
Brazil | 64,875,000 | 37.5% |
Vietnam | 30,024,000 | 17.4% |
Colombia | 13,858,000 | 8.0% |
Indonesia | 9,618,000 | 5.6% |
Ethiopia | 7,541,000 | 4.4% |
Honduras | 7,328,000 | 4.2% |
India | 6,002,000 | 3.5% |
Uganda | 4,704,000 | 2.7% |
Peru | 4,263,000 | 2.5% |
Lainnya | 24,629,000 | 14.2% |
Harga yang fluktuatif membuat petani kopi bisa mendapatkan sekitar USS 0.50 per 453gr di tahun 2011. Angka ini kemudian naik menjadi diatas USS 2.10 per 453gr di tahun 2011.
Namun angka ini nyatanya masih kurang dalam memberikan kesejahteraan kepada para petani kopi. Menurut Fairtrade (gerakan sosial perdagangan adil) ada sekitar 125 juta petani di seluruh dunia yang bergantung pada kopi untuk kehidupan sehari-hari. Namun banyak dari mereka yang tidak bisa hidup dari pendapatan tersebut.
Pendapatan terbesar (profit margin) justru diperoleh oleh perusahaan yang mengekspor kopi. Di tahun 2018 ICO Composite price (yang melacak harga kopi Arabika dan Robusta) menemukan rerata harga green coffee hanya USS 1.09 per 453gr sementara daftar exportir di SCA memberikan harga USS 3.24 per 453gr green coffee.
Bisnis Sangrai Kopi
Roastery akan dikenai biaya kira-kira USS 3.24 per 453gr green beans dari para eskportir namun nyatanya, harga tersebut masih jauh dari harga yang mereka bayarkan.
Pertama biji kopi diimpor dari negara lain, dengan biaya USS 0.31 per 453gr. Proses roasting juga membutuhkan biaya tambahan untuk tenaga kerja, sertifikasi, dan juga potensi kehilangan biji kopi selama proses produksi. Proses ini memberikan tambahan biaya sebesar USS 1.86 per 453gr. Pada akhirnya total biaya yang dikeluarkan bisa mencapai USS 8.73 per 453gr.
Ekonomi Rostery | (USS/per 453gr) |
Harga penjualan | USS 9.40 |
Biaya total | USS 8.73 |
Porfit sebelum pajak | USS 0.67 |
Pajak-pajak | USS 0.23 |
Net Profit | USS 0.44 |
Net Profit (%) | 7.1% |
Saat menghitung profit margin, roastery bisa menjual dengan harga sekitar USS 9.40 per 453gr. Setelah pajak, roastery bisa menikmati net profot dengan perkiraan USS 0.44 per 453gr atau sekitar 7.1%.
Margin Retail
Biji kopi yang telah disangrai bisa dibeli konsumen melalui distributor dengan harga standar USS 14.99 per 453gr. Harga ini ditetapkan untuk biji kopi yang disangrai dengan kualitas lebih baik. Meskipun begitu, retailer tetap bisa mengakses biji kopi dengan harga grosir dan menambah biaya sendiri ke dalam biaya mereka.
Per 453gr biji kopi yang telah disangrai, bisa dibuat menjadi 15-16 cangkir kopi (475ml) dan dijual dengan harga USS 2.79. Harga ini belum ditambahkan dengan biaya material tambahan. Misalnya cangkir, penutup cup kopi, stik pengaduk, dan bahan tambahan (seperti bubuk kayu manis, cokelat, dll).
Dengan memasukan semua bahan tersebut ke dalam retail maka biaya akan menjadi USS 13 per 453gr. Tambahan ini masih memberikan gross profit sebesar USS 29 per 453gr dan mengkategorikan bisnis retail kopi sebagai bisnis mahal.
Hal ini berkat tambahan biaya lain seperti tenaga kerja, sewa tempat, marketing, hingga biaya administratif. Ini menaikan biaya menjadi USS 35.37 per 453gr.
Saat biaya tambahan ini dihitung (ditambah dengan pajak dan kebutuhan lainnya) SCA menemukan bahwa net profit para retailer sekitar USS 2.90 per 453gr lebih sedikit dibandingkan para roastery.
Masifnya Industri Global
Kopi meniadi industri yang besar karena mengonsumsi kopi merupakan kegiatan yang universal dengan 2.3 juta konsumsi kopi per menit secara global. Berkat penjualan volume, kopi menjadi minuman keempat yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia.
Retail, menjadi faktor utama bisnis kopi menjadi besar. Retailer didominasi oleh perusahaan besar seperti Nestle dan Jacobs Douwe Egberts dengan penjualan kopi retail mencapai USS 83 miliar secara global di 2017. Dengan rata-rata pengeluaran pertahun mencapai USS 11 per kapita secara global.
Tentunya negara-negara lain memiliki kebiasaan kopi yang berbeda dengan negara lainnya. Secara global konsumsi kopi terbesar di dunia dipegang oleh Brazil dan Amerika (kedua negara ini juga menjadi negara produsen dan eksportir kopi terbesar di dunia). Kedua negara ini memiliki konsumsi yang secara perkapita lebih tinggi dari negara Eropa seperti Norwegia dan Switzerland.
Di Indonesia sendiri kopi domestik tumbuh dari 250 ribu ton di 2015/2016 menjadi 214 ton di 2019/2020. Penjualan produk naik dari 50 juta liter di 2013 menjadi 120 juta liter per 2018, membuat bisnis ini jadi salah satu yang paling yang diincar di Indonesia.
* sumber artikel : visualcapitalist.com/the-economics-of-coffee-in-one-chart
Diolah dari berbagai sumber
Informasi lebih lanjut bisa mengubungi Public Relations Toffin Indonesia di email auliaharyadi@toffin.id